KRITIK ARSITEKTUR ISTANA TAMPAK SIRING
KRITIK ARSITEKTUR
Metode Deskriptif – Istana Tampak Siring
Objek Kritik : Istana Tampak Siring
Dibangun
pertama kalinya pada tahun 1957, istana Tampaksiring ada di jalan Astina Pura
Utara, Desa Tampaksiring, Gianyar. Didesain oleh arsitek bernama R.M Soedarsono,
istana ini terletak di atas bukit, sekitar 700 meter di atas permukaan air
laut. Bangunan terdiri dari dua gedung utama, Wisma Merdeka
sebagai tempat presiden dan keluarganya dan Wisma Yudhistira yang menjadi
tempat menginap tamu kehormatan presiden.
Metode
Kritik : Kritik Deskriptif
Kritik ini
berupa gambaran yang bersifat tidak menilai, tidak menafsirkan, atau
semata-mata membantu orang melihat apa yang sesungguhnya ada. Kritik ini
berusaha mencirikan fakta-fakta yang menyangkut sesuatu lingkungan tertentu dan
tampak lebih nyata (factual).
kanalwisata.com
Istana Tampaksiring berdiri di desa Manukaya, Kecamatan
Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Lahan pembangunan istana adalah pemberian dari
Raja Gianyar. Presiden Soekarno memerintahkan arsitek R.M. Soedarsono membuat
rancang-bangun untuk Istana Kepresidenan di sana. R.M Soedarsono adalah arsitek
pada Jawatan Pekerjaan Umum. Pembangunan istana berada di bawah pengawasan
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Seksi Gianyar, Tjokorda Gde Raka. Pembangunan
Istana Tampaksiring mulai dipersiapkan pada 1956. Pembangunannya dimulai pada
1957 dan selesai 1963. Gedung pesanggrahan Raja Gianyar dirobohkan dan atasnya
dibangun gedung utama Wisma Merdeka pada 1957.
smartchildsite.wordpress.com
Bila lima istana lainnya
dibangun dengan gaya arsitektur Eropa, maka Istana Tampaksiring sangat
kental dengan ciri ke Indonesiaan dan nuansa lokal Bali. Tidak ada pilar-pilar
besar yang menampilkan kesan keagungan dan kekuasaan duniawi. Rancang-bangunnya
sangat fungsional, menonjolkan kesederhanaan dan fungsinya sebagai wisma
peristirahatan. Batu-batu alam dan batu bata halus khas Bali sengaja
ditonjolkan untuk menciptakan corak kedaerahan. Ukiran batu paras dan
tiang-tiang kayu gaya Bali terasa padu dalam konsep arsitektumya, bukan sebagai
elemen tambahan yang ditempelkan. Semua bahan dari kayu jati didatangkan dari
Jawa. Sementara elemen artistiknya dalam bentuk ukiran kayu dan batu dikerjakan
oleh para seniman Bali.
smartchildsite.wordpress.com
Seperti istana presiden lainnya,
Presiden Soekarno juga membawa karya seni bernilai tinggi ke dalam Istana
Tampaksiring. Koleksi benda-benda seni di Istana Tampaksiring antara lain
karya-karya pematung Bali yang terkenal, Cokot, serta pelukis-pelukis kenamaan
seperti Le Mayeur, Rudolf Bonnet, Dullah, Sudarso, dan Agus Djaja.
Sumber: